Islam Times - Armenia Mengatakan Siap Mengakui Nagorno-Karabakh Sebagai Bagian dari Azerbaijan

Armenia Mengatakan Siap Mengakui Nagorno-Karabakh Sebagai Bagian dari Azerbaijan

IslamTimes - Armenia siap mengakui Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari negara tetangga Azerbaijan jika pihak berwenang di Baku menjamin keselamatan dan hak-hak penduduk setempat, yang sebagian besar terdiri dari etnis Armenia, kata Perdana Menteri Nikol Pashinyan pada Senin (22/5).

Berbicara dalam konferensi pers, Pashinyan mencatat bahwa wilayah Azerbaijan seluas 86.600 km persegi, angka yang signifikan karena termasuk wilayah yang dimaksud. Presiden menambahkan, bagaimanapun, bahwa “pada saat yang sama, kami mengatakan bahwa masalah hak dan keselamatan rakyat Nagorno-Karabakh harus dibahas dalam negosiasi di masa depan."

“Jika kita dan Azerbaijan saling memahami dengan benar, Armenia akan mengakui keutuhan wilayah Azerbaijan dalam batas yang disebutkan, sedangkan Baku akan mengakui keutuhan wilayah Armenia seluas 29.800 km persegi,” tambahnya.

Perdana menteri juga menyerukan jaminan keamanan internasional, mengungkapkan keprihatinan bahwa kurangnya mekanisme apa pun dapat mengakibatkan Azerbaijan melakukan "pembersihan etnis" di wilayah tersebut.

Kedua bekas republik Soviet itu terlibat konflik atas wilayah yang disengketakan dengan total populasi sekitar 150.000 selama beberapa dekade. Saat Uni Soviet runtuh, pada tahun 1988, Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan, secara sepihak mendirikan republiknya sendiri tiga tahun kemudian. Ini memicu perang besar, yang merenggut nyawa ribuan orang dan berakhir dengan gencatan senjata yang dimediasi secara internasional pada tahun 1994.

Namun, sejak itu, Armenia dan Azerbaijan terlibat dalam pertempuran sporadis di wilayah tersebut. Salah satu bentrokan terbaru terjadi pada tahun 2020; ketegangan diredakan oleh upaya Moskow untuk menengahi.

Pernyataan Pashinyan muncul setelah dia mengatakan pada bulan April bahwa Yerevan dan Baku dapat menandatangani perjanjian damai jika mereka berdua mengakui integritas teritorial satu sama lain "tanpa ambiguitas dan jebakan", sambil setuju untuk tidak memiliki sengketa teritorial di masa depan.[IT/r]