QR CodeQR Code

Gerakan Takfiri Global

Analis: "Muslim Syiah Indonesia Terancam Genosida"

5 Jun 2014 14:25

Islam Times - "Menurut Muas, seluruh Syiah di Indonesia dan di luar harus dienyahkan dalam pembersihan besar-besaran yang dipercayanya akan memurnikan agama Islam," kata editor ahli harian The US Independent ini.



Menyusul kekerasan selama berbulan-bulan yang menarget komunitas Muslim Syiah di Indonesia, dunia keji Tardjono Abu Muas (ketua aliansi Anti-Syiah Indonesia) menyulut kekuatiran Muslim Syiah di wilayah tersebut dengan menghembuskan angin genosida. Demikian ungkap analis risiko politik, Catherine Shakdam.

Mengomentari kerja kelompok dan ideologinya kepada VICE (media online yang berbasis di Inggris), lanjutnya, Muas, sosok lelaki yang kebenciannya terhadap Islam Syiah telah mencapai proporsi berbahaya dan benar-benar sudah tidak rasional, mencap semua Muslim Syiah sebagai "virus yang dapat menghancurkan ajaran Islam". "Menurut Muas, seluruh Syiah di Indonesia dan di luar harus dienyahkan dalam pembersihan besar-besaran yang dipercayanya akan memurnikan agama Islam," kata editor ahli harian The US Independent ini.

"Apa yang kita saksikan di Indonesia saat ini tak lain dari produk... kebijakan sistematis anti-Syiah dari [kerajaan] Arab Saudi yang memaksakan penyebaran kebencian dan kebohongan ke seluruh dunia Islam dalam upaya menegaskan capnya sendiri, otoritasnya sendiri, terhadap semua institusi Islam," imbuhnya.

Syiah Rights Watch (SRW), yang sejak awal mendedikasikan dirinya untuk membela Muslim Syiah di mana-mana dan mempromosikan toleransi antar umat beragama berdasarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tanpa bentuk bias agama apapun, ujar Shakdam, terus menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk mengakhiri upaya mengobarkan kebencian dan mempromosikan pembunuhan tersebut.

"Muslim Syiah Indonesia, mewakili sekitar satu persen dari total populasi. Komunitas ini sangat rentan dan karenanya harus mendapatkan tambahan perlindungan negara, terlepas dari keyakinan agama para politisinya. Seluruh warga Indonesia harus dapat menikmati hak-hak dan kewajiban yang sama tanpa melihat profil sosial, politik atau agamanya. Narasi teror ini perlu diakhiri sekarang juga! "Tegas SRW.

Lebih menguatirkan lagi, kini kelas-kelas politik Indonesia tampaknya berhasrat membeli kegilaan Muas, sehingga cenderung membenarkannya dan karenanya mendukung seruannya untuk melancarkan pembersihan etnis dan pemurnian agama. "Jika Muas terus dibiarkan, bukan tak mungkin teriakannya akan menggemakan kembali perang salib di seluruh Asia sebelum akhir tahun," ujar Shakdam memperingatkan.

Pada bulan April lalu, Muas dengan penuh percaya diri menggelar acara Deklarasi Anti-Syiah di Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat. "Berbicara kepada The Jakarta Post pada acara itu, ia menjelaskan bahwa acara tersebut telah direncanakan oleh Forum Umat dan Ulama Indonesia sejak 2012 (penting untuk diperhatikan bahwa pada saat yang sama, Arab Saudi gencar mendemonisasi dan mengkriminalisasi Syiah Islam di Timur Tengah)," tutur Shakdam.

Muas, lanjutnya, ingin membangun "posko anti-Syiah" di seluruh wilayah untuk melindungi kaum beriman yang sejati dari kesesatan. Ia kemudian mengatakan (dengan logika menggelikan), "Kita semua harus memahami bahwa Syiah telah mencemarkan ajaran Islam yang sebenarnya ... Pemerintah kita harusnya bertindak seperti Pemerintah Malaysia, yang melindungi agama yang diakui di negaranya. Kita memiliki enam agama, sehingga pemerintah harus melindungi semua agama dari bidah."

"Inilah narasi dari sebuah ideologi yang berbahaya," ujar Shakdam.

Namun, yang paling luar biasa pada tahap ini adalah, hanya segelintir organisasi hak asasi yang sejauh ini membunyikan alarm atau bahkan menentang genosida di Indonesia yang masih tertunda. "Kemungkinan, ini lantaran hanya komunitas Syiah yang dijadikan target," sindir Shakdam.

Tapi berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi Muas dan antek-anteknya untuk menarget kelompok lain? Berapa lama masyarakat lain di Indonesia diharapkan menahan diri dari dorongan intoleran tersebut dan narasi yang benar-benar keterlaluan itu? "Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa itu tidak perlu waktu lama; kebencian hanya akan menghasilkan lebih banyak kebencian dan ketakutan hanya akan mengakibatkan kebodohan," tegas Shakdam.

Inilah saatnya untuk menyetop intoleransi, di mana pun ia berakar. "Hidup satu juta Muslim Syiah Indonesia berada di ujung tanduk. Haruskah kita mengatakan bahwa mereka tidak penting? Apakah kita harus berdiam diri saja karena belum banyak orang yang dikorbankan demi kebodohan dan fanatisme (semacam itu)?" Tanya SRW.

Upaya mengobarkan kebencian terhadap komunitas Muslim Syiah menjelang pemilihan umum Juli mendatang telah menjadi sumber kekuatiran. "Terutama setelah MUA jelas-jelas bermaksud menjadikan perang salib anti-Syiah sebagai kebijakan nasional," kata Shakdam.

"Ketika mendengar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI, otoritas keislaman tertinggi di Indonesia) Ahmad Cholil Ridwan menyerukan 'pembersihan' minoritas Syiah di negara itu, di hadapan para pendukungnya yang mengenakan jaket militer bertuliskan 'Laskar Pemburu Aliran Sesat', kita tidak punya pilihan lain selain membunyikan alarm," kata SRW memperingatkan.

Sementara itu, Andreas Harsono, seorang peneliti Indonesia untuk Human Rights Watch, mengatakan kepada VICE bahwa dirinya percaya, Aliansi Anti-Syiah Muas bukanlah satu-satunya ancaman yang oerlu diwaspadai masyarakat internasional dan Indonesia. Ia memperingatkan bahwa kelompok-kelompok lain juga ikut mengipasi sentimen anti-Syiah untuk mencapai tujuan politik-agamanya dan mengubah Indonesia menjadi sarang ekstremisme. (IT/UI/rj)


Story Code: 389277

News Link :
https://www.islamtimes.com/id/fori_news/389277/analis-muslim-syiah-indonesia-terancam-genosida

Islam Times
  https://www.islamtimes.com