QR CodeQR Code

Yaman - Zionis Israel:

Menganalisis Pengaruh Ansarullah: Runtuhnya Pelabuhan “Eilat” di Tengah Ketidakamanan Laut Merah dan Krisis Gaza

14 Jul 2024 02:42

IslamTimes – Pelabuhan “Eilat”, yang sebelumnya dikenal sebagai Umm Al-Rashrash [Bunda Embun dalam bahasa Arab] sebelum pendudukan Zionis “Israel” di Palestina, adalah pintu gerbang penting entitas apartheid Zionis “Israel” di Laut Merah. Perusahaan ini secara resmi telah menyatakan kebangkrutan, dengan alasan kerugian finansial yang berkelanjutan dan meningkatnya ancaman keamanan sebagai penyebab utama.


Perkembangan ini menandai pukulan besar terhadap infrastruktur maritim negara tersebut, yang diperburuk oleh konflik regional yang sedang berlangsung dan operasi yang ditargetkan oleh gerakan perlawanan Yaman.

Operasi Ansarullah dan Kejatuhan Ekonomi

Operasi rudal yang tak henti-hentinya dilakukan oleh Ansarullah telah memainkan peran penting dalam kehancuran keuangan pelabuhan tersebut. Operasi ini, yang ditujukan pada kapal-kapal yang menuju ke entitas apartheid Zionis “Israel” melalui Laut Merah, telah mengganggu rute pelayaran komersial secara signifikan.

Menurut laporan, pelabuhan tersebut mengalami penurunan lalu lintas pelayaran secara drastis, dengan banyak perusahaan pelayaran dan minyak besar menunda pelayaran mereka karena meningkatnya risiko keamanan.

“Pelabuhan tersebut tidak beroperasi selama delapan bulan karena serangan, yang berarti tidak ada pendapatan,” kata Gideon Golber, CEO pelabuhan seperti dilansir Splash247, situs berita maritim dan lepas pantai Asia, awal bulan ini.

Pada bulan Desember, dia mengatakan kepada Reuters bahwa telah terjadi penurunan aktivitas sebesar 85% sejak Ansarullah memulai operasi mereka di kapal-kapal di Laut Merah. Dia mengatakan pada saat itu mereka mungkin harus merumahkan pekerja jika krisis terus berlanjut.

Data keuangan mengungkapkan besarnya dampak yang ditimbulkan. Pendapatan pelabuhan telah turun lebih dari 50% pada paruh pertama tahun 2024, menyebabkan kerugian melebihi $100 juta.

Selain itu, biaya yang terkait dengan peningkatan langkah-langkah keamanan telah meningkat sekitar 30%, sehingga semakin membebani kesehatan keuangan pelabuhan.

Tekanan ekonomi ini telah menyebabkan PHK dalam jumlah besar, mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 40%, yang menambah tantangan operasional dan berpuncak pada pernyataan kebangkrutan. Artinya, setengah dari 120 karyawan di Pelabuhan “Eilat” berisiko kehilangan pekerjaan, seperti dilansir “Israel” Times of Zionis “Israel”.

Lebih lanjut, outlet CalcalistZionis “Israel” melaporkan bahwa pada tahun 2023, 149,000 kendaraan memasuki “Eilat” dari timur, padahal sejak awal tahun 2024, tidak ada satupun.

Krisis Kemanusiaan di Gaza

Pada saat yang sama, krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah di tengah agresi militer Zionis “Israel” yang sedang berlangsung. Sejak Oktober 2023, setelah Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas, Gaza telah menjadi sasaran pemboman hebat dan blokade yang hampir total.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, konflik tersebut telah mengakibatkan kematian lebih dari 38.000 warga Palestina, termasuk sekitar 17.000 anak-anak dan telah menyebabkan sekitar 1,9 juta orang mengungsi.

Blokade tersebut telah sangat membatasi aliran barang-barang penting, termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar ke Gaza.

PBB melaporkan bahwa 90% warga Gaza telah mengungsi selama beberapa bulan terakhir, hal ini menyoroti parahnya situasi kemanusiaan.

Penghancuran infrastruktur membuat upaya penyaluran bantuan kemanusiaan menjadi lebih rumit, sehingga menyebabkan masyarakat sangat membutuhkan.

Implikasi dan Respon yang Lebih Luas

Kebangkrutan Pelabuhan “Eilat” merupakan simbol dari tantangan geopolitik dan ekonomi yang lebih luas yang dihadapi kawasan ini. Pentingnya strategis “Eilat” sebagai satu-satunya pelabuhan Laut Merah milik entitas Zionis “Israel” berarti bahwa ketidakstabilan keuangan negara tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang luas terhadap perdagangan dan keamanan entitas tersebut.

Komunitas internasional telah menyatakan keprihatinan yang semakin besar atas krisis kemanusiaan di Gaza. Seruan untuk segera gencatan senjata dan akses kemanusiaan tanpa hambatan semakin meningkat, namun situasinya masih bergejolak.

Agresi militer berkelanjutan yang dilakukan oleh entitas Zionis “Israel” telah banyak dikritik karena memperburuk penderitaan penduduk Palestina dan berkontribusi terhadap ketidakstabilan kawasan.

Menanggapi konflik yang meningkat, Ansarullah secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap perjuangan Palestina melawan pendudukan Zionis “Israel”, dan mengintensifkan operasi maritimnya terhadap sasaran Zionis “Israel”.

Hal ini menambah tantangan operasional Pelabuhan “Eilat”, karena operasi rudal yang sedang berlangsung menghalangi aktivitas pelayaran komersial di wilayah tersebut.

Sebagai kesimpulan, deklarasi kebangkrutan Pelabuhan “Eilat” menggarisbawahi tantangan ekonomi dan keamanan yang parah akibat konflik regional yang sedang berlangsung.

Permasalahan yang saling terkait antara ketidakstabilan keuangan di pusat maritim yang penting dan bencana kemanusiaan di Gaza menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi komprehensif dan damai untuk mengatasi penyebab utama krisis ini.

Upaya komunitas internasional harus fokus pada upaya mengamankan gencatan senjata yang langgeng, memastikan bantuan kemanusiaan, dan membina stabilitas di kawasan.[IT/r]


Story Code: 1147590

News Link :
https://www.islamtimes.com/id/fori_news/1147590/menganalisis-pengaruh-ansarullah-runtuhnya-pelabuhan-eilat-di-tengah-ketidakamanan-laut-merah-dan-krisis-gaza

Islam Times
  https://www.islamtimes.com